Minyak tanpa kolesterol. Kita sering mendengar dan melihat kalimat tersebut dalam iklan minyak di televisi. Apakah benar minyak tidak mengandung kolesterol? Ternyata iklan tersebut memang benar, minyak tidak mengandung kolesterol karena kolesterol hanya terdapat pada hewan sedangkan minyak tidak terbuat dari hewan.. Sebagian besar masyarakat hanya mengerti bahwa kolesterol terdapat pada bahan makanan hewani dan nabati, oleh sebab itu kita seperti “dibodohi” dengan fakta tersebut. Sehingga kita bisa menilai bagaimana iklan tersebut.
Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat membahayakan tergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein, atau lemak. Jumlah yang disentesis bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning telur. Setelah itu daging, susu, keju, serta udang dan kerang. Ikan dan daging ayam sedikit sekali mengandung kolesterol.
Pernah kah mendengar istilah fitosterol? Fitosterol merupakan steroida (sterol) yang terdapat di dalam tanaman dan mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil pada rantai cabangnya. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama dari fitosterol, yaitu beta-sitosterol, campesterol, dan stigmasterol. Fitosterol steroida (sterol) yang terdapat di dalam tanaman dan mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol tetapi, fitosterol mengandung gugus etil pada rantai cabang.
Fitosterol adalah kolesterol rantai pendek yang berfungsi sebagai penghadang kolesterol jahat. Ia biasa disebut dengan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik. Sama dengan kolesterol jahat (kolesterol LDL), ia juga merupakan turunan dari ‘keluarga’ lemak. Mengapa ia disebut kolesterol baik? Ini karena ia punya fungsi mengikis dan membuang kolesterol jahat yang menyumbat pembuluh darah, dan menggiringnya kembali ke hati untuk diproses dan dilenyapkan. Ia juga berfungsi sebagai penghadang di pembuluh darah yang mencegah kolesterol jahat mengendap, serta melindunginya dari aterosklerosis. Pembentukan plak di dinding pembuluh darah – yang mengakibatkan penyempitan – ini dipengaruhi beragam faktor internal dan eksternal, seperti glico-lipo toxicity (kebanyakan gula dan lemak), physical lazzyness (malas bergerak, terlalu banyak duduk dan malas olahraga), hingga radikal bebas. Dampaknya tidak main-main, mulai dari gangguan ereksi hingga stroke dan serangan jantung. Data dari WHO menyebutkan persentase jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung adalah 30 persen. WHO juga memprediksi bahwa pada 2020, di negara berkembang, jumlah ini akan melonjak hingga 137 persen
Secara alami, fitosterol dapat ditemukan di berbagai makanan, seperti kacang tanah, udang, cumi, kepiting, avokad, hingga santan. Ya, ini memang mendobrak mitos-mitos lama tentang santan dan makanan laut. Ternyata, santan mengandung kolesterol baik, bukan jahat. Dan begitu pula makanan laut. Orang Jepang mengonsumsi 100 gram ikan per hari per kapita, sementara Indonesia – dengan kekayaan lautnya – hanya 15 gram per hari per kapita. Secara jangka panjang, hal ini turut berimbas pada tingginya jumlah penderita penyakit akibat kolesterol. Jepang menduduki peringkat terbawah, sementara Indonesia bersanding dengan Amerika di urutan dua, di bawah kawasan Eropa Utara.
Fungsi fitosterol : (1) menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia; (2) meningkatkan ekskresi kolesterol, sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol total. Fitosterol juga dapat memperbaiki regulasi kolesterol darah pada tingkat normal. Mekanisme perlindungan jantung oleh fitosterol telah dimulai dari usus.
Secara klinis, penggunaan makanan yang telah difortifikasi fitosterol tersebut telah terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia. Mengonsumsi 2-3 gram sehari yang diperoleh dari makanan yang telah difortifikasi tersebut dalam melalui makanan sehari-hari, fitosterol mampu mengurangi risiko penyakit jantung koroner sampai 25%. Selain pada makanan, aplikasi fitokimia juga diterapkan pada pembuatan jamu dan salad. Bahkan, saat ini telah dikembangkan suplemen fitosterol yang dapat langsung dikonsumsi.