Genose Berbeda dengan Spirose


Universitas Gadjah Mada berhasil mengembangkan alat deteksi Covid-19 melalui hembusan napas, yang diberi nama GeNose C19. Pada 3 Februari 2021, GeNose C-19 mulai digunakan sebagai salah satu alternatif pemeriksaan kesehatan yang menjadi syarat perjalanan penumpang kereta api jarak jauh di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Para penumpang mengaku biaya pemeriksaan Covid-19 dengan jauh lebih terjangkau daripada tes rapid antigen. GeNose juga lebih nyaman dan mudah digunakan. Bahkan, calon penumpang bisa menggunakan kantong hembusan napas sendiri dengan hanya dipandu petugas melalui microphone. Hasil pemeriksaannya pun dapat keluar dalam waktu yang singkat, sekitar 2 menit saja.

GeNose C19 merupakan inovasi pertama di Indonesia yang digunakan untuk pendeteksian Covid-19 melalui hembusan napas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. GeNose C19 juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam sistem sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi. Menurut peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra, memaparkan GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas melalui hembusan napas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).

GeNose diklaim berbeda dengan SpiroNose. SpiroNose adalah alat deteksi Covid-19 berdasarkan hembusan napas yang dibuat oleh sebuah perusahaan teknologi kesehatan Belanda bernama Breathomix. Namun, penggunaan SpiroNose telah dihentikan karena kinerja alat yang tak akurat. Peneliti yang juga tim penemu GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra memastikan, bahwa GeNose, meski sama-sama mendeteksi Covid-19 dengan berbasis hembusan napas, namun sistem kerjanya jauh berbeda dan akan lebih akurat dibanding SpiroNose. Perbedaan mendasar pertama yang membuat GeNose lebih unggul dibanding SpiroNose terletak pada caranya dalam menangkap materi Volatile Organic Compound (VOC) dari hembusan napas secara stabil. Inilah yang membuat SpiroNose tidak akurat dalam pemeriksaan Covid-19, karena setiap orang menghembuskan napas dengan berbeda, ada yang kuat dan ada yang lemah, dengan begitu pembacaan konsentrasi oleh sensor akan berbeda juga. Maka dari itu GeNose menampung sampel terlebih dahulu sebelum dideteksi dengan alat. Dengan sistem kantung, GeNose bisa menghindari terjadinya cross infection antara orang dengan alat, karena tidak ada kontak langsung.

Semoga dengan adanya alat GeNose C19 ini dapat membantu meningkatkan kualitas deteksi Covid-19 sehingga dapat membantu untuk segera memulihkan sektor kesehatan. Kemudian dengan pulihnya sektor kesehatan juga akan segera memulihkan sektor ekonomi Indonesia. Selalu patuhi dan terapkan protokol kesehatan, untuk Indonesia agar segera pulih.

Referensi:
Ika, 2020, GeNose UGM Bisa Deteksi Covid-19 Hanya Dalam 80 Detik, https://ugm.ac.id/id/berita/20120-genose-ugm-bisa-deteksi-covid-19-hanya-dalam-80-detik, diakses pada 17 Maret pukul 20.43 WIB
Gloria, 2021, GeNose C-19 Mulai Digunakan Untuk Screening Covid-19 di Stasiun Tugu Yogyakarta,https://ugm.ac.id/id/berita/20714-genose-c-19-mulai-digunakan-untuk-screening-covid-19-di-stasiun-tugu-yogyakarta, diakses pada 17 Maret pukul 20.49 WIB
Wicaksono, P., 2021, SpiroNose Dihentikan Belanda, Apa Kata Pembuat GeNose UGM?, https://tekno.tempo.co/read/1436984/spironose-dihentikan-belanda-apa-kata-pembuat-genose-ugm, diakses pada 17 Maret pukul 21.01 WIB.

Leave a comment

Your email address will not be published.