Fakultas Farmasi Perkuat Infrastruktur dan Softskill Mahasiswa Melalui Program JICA


Dokumentasi : Farsigama

Liputan (25/3/2019) – Kabar hangat mengenai perataan gedung dilanjutkan dengan pembangunan gedung baru Fakultas Farmasi UGM membuat mahasiswa-nya ramai membincangkan dan mempertanyakan banyak hal terkait kabar tersebut. Krisma Sandy selaku Ketua BEM KMFA menginisiasikan adanya audiensi (hearing) dari dekanat untuk mensosialisasikan wacana ini kepada mahasiswa. Melalui Departemen Advokasi & Aksi BEM, audiensi bernama acara “Hearing dan Sosialisasi Dekanat : Terkait Kebijakan Fakultas” diselenggarakan pada hari Senin, 25 Maret 2019 bertempat di Ruang Sidang Unit V dengan sasaran audiens mahasiswa Strata 1, PSPA, Strata 2, dan Strata 3 Fakultas Farmasi UGM.

Audiensi kali ini tidak hanya mensosialisasikan terkait pembangunan gedung baru, namun disampaikan juga kebijakan-kebijakan fakultas yang sedikit banyak akan mempengaruhi dan membutuhkan partisipasi dari mahasiswa. Dr.rer.nat. Triana Hertiani, S.Si., M.Si., Apt selaku Wakil Dekan Bidang Akademik & Kemahasiswaan dalam paparannya menyebutkan, “Kegiatan seperti audiensi ini bertujuan untuk mendekatkan kebijakan fakultas dengan mahasiswa sebagai civitas akademika.”.

Dalam paparan beliau, disebutkan mengenai kebijakan yang akan atau sedang dilakukan diantaranya adalah reakreditasi S1, S2 sains, dan S3 oleh LAM-PTKes; rencana pemisahan prodi S2-sains dan Magister Farmasi Klinik dilanjutkan dengan akreditasi prodi tersebut; akreditasi internasional untuk S1 dan MFK oleh ASIIN (Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik) sebagai penguat bahwa Fakultas Farmasi UGM bertaraf internasional; serta Program-program fakultas yang dipaparkan lebih lanjut oleh Dekan.

Terkait isu yang ditekankan dalam audiensi kali ini yaitu pembangunan gedung fakultas, rencana akreditasi fakultas, dan Green Book, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi menyampaikan bahwa pada program fakultas periode 2016-2021, beliau ingin menekankan pada peningkatan kemampuan softskill mahasiswa melalui literasi dan pembaharuan kurikulum, literasi teknologi informasi melalui peningkatan infrastruktur, dan pemberdayaan sumber daya manusia untuk kerjasama dalam maupun luar negeri. Terkemas dalam sebuah program bernama program JICA, beberapa infrastruktur fakultas akan di-demolish dan dibangun kembali menjadi gedung berlantai 7-8 yang akan dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendukung kegiatan akademik maupun non akademik civitas akademika Fakultas Famasi. Selain itu, akan dilakukan juga pengadaan alat dan kelengkapan penelitian untuk menunjang kegiatan riset dosen dan mahasiswa maupun praktikum.

Beberapa fasilitas baru yang nantinya dapat digunakan oleh civitas akademika antara lain student corner bermitra dengan konsep co-working space, minimart, ruangan CBT, ruangan semipermanen untuk pelaksanaan OSCE, ruang kelas kapasitas besar dan kecil, sentralisasi kegiatan terkait administrasi untuk seluruh prodi fakultas, kantin yang sudah direvitalisasi, koridor antar unit gedung, “herbal garden”, auditorium kapasitas lebih dari 500 orang dan sentralisasi laboratorium tiap departemen. Prof Agung dalam paparannya menyebutkan, “Terlaksananya program ini bertujuan agar mahasiswa kerjanya di kampus, bukan di tempat lain seperti cafe-cafe.” Hal ini sontak membuat para audiens tertawa membenarkan pernyataan tersebut.

Selain memberikan manfaat dan peran yang sangat besar dalam kegiatan kemahasiswaan dalam hal akademik maupun non-akademik, tentunya terdapat konsekuensi yang harus dihadapi oleh mahasiswa dan civitas akademika lainnya. Proses perataan gedung unit 6 dan 7 membuat kegiatan perkuliahan, koperasi, kegiatan kelompok studi dan penelitian akan terhambat. Maka, untuk sementara, kegiatan perkuliahan yang bertempat di unit tersebut dipindahkan ke gedung Magister Administrasi Publik UGM. Adapun untuk kegiatan CCRC dan CRC akan dipindahkan ke Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Koperasi dan kegiatan KS akan dipindah ke ceruk timur gedung Perpustakan Farmasi. Pengaturan lalu lintas pun akan berubah.

Birgita, mahasiswa S1 angkatan 2018 menanyakan perihal konsekuensi lain, “Saat dilakukan pembangunan, pasti ada konsekuensi polusi udara dan suara yang mengganggu proses perkuliahan, bagaimana menanggulangi hal tersebut?”. Lalu Dekan menyebutkan bahwa dalam proses perancangan dan perencanaan program JICA, sudah dipikirkan cara untuk meminimalisir konsekuensi seperti itu.

April, mahasiswa PSPA juga menanyakan, “Apakah program ini mempengaruhi biaya UKT?”. Dekan menyebutkan bahwa Fakultas Farmasi ingin menjadi pelopor dan ingin meningkatkan softskill dan infrastruktur yang bisa memperkenalkan fakultas, sehingga program ini tidak mempengaruhi biaya UKT mahasiswa, karena pendanaan program merupakan hasil kerjasama dengan beberapa mitra termasuk alumni.

Program pembangunan ini dibarengi juga dengan proyek universitas dalam peningkatan infrastruktur, yaitu pembangunan underpass penghubung Jalan Sains-Barat GSP-Jalan Kaliurang dekat PKKH. Audiensi diakhiri dengan pengisian kuisioner untuk melibatkan partisipasi aktif mahasiswa setiap prodi, hal ini dilakukan untuk mendukung proses akreditasi maupun reakreditasi fakultas.

Nada Nisrina, mahasiswa S1 angkatan 2016, menyampaikan pendapatnya mengenai program JICA, “Proyek ini merupakan sebuah langkah yang sangat bagus dan progresif dari Fakultas Farmasi dalam rangka mendukung aktifitas softskill dan hardskill dari mahasiswa.” Selain itu, Tito Gumelar, mahasiswa PSPA berpendapat mengenai audiensi kali ini dengan menyebutkan bahwa, “Menurut saya audiensi mengenai kebijakan seperti ini memang baik dan perlu untuk diadakan, mengingat tahun-tahun lalu sewaktu saya masih S1 jarang diadakan sehingga kami jadi tidak terarah contohnya dalam hal terkait skripsi. Harapannya kedepannya lebih sering diadakan audiensi seperti ini”. (Laila, Jocelyn)

Leave a comment

Your email address will not be published.