MEA 2015 : Persiapan Farmasis Indonesia Go Internasional Part.2


Berikut kelanjutan dari tips menghadapi MEA 2015 :

3.Perbaiki Bahasa Inggris Anda
Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam bekerja. Komunikasi bukanlah hal yang susah jika kita bekerja di dalam negeri, sebab kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai panduan.

Bekerja di luar negeri, Bahasa Inggris adalah hal yang utama. Alwi bercerita bahwa sejak ia di wawancara dan test tertulis untuk bekerja di Malaysia juga dalam Bahasa Inggris. Karena nilai TOEFL ketika lulus Apoteker berkisar pada 480, Alwi mengambil keputusan untuk bekerja ambil kursus Bahasa Inggris demi meningkatkan kemampuan Bahasa Inggrisnya. “Rapat dan laporan semua dalam Bahasa Inggris. Kadang-kadang saya ditugaskan ke luar negeri, seperti ikut pameran di Singapura, komunikasi juga harus dalam Bahasa Inggris. Berdiskusi dengan machine manufacturer untuk projek membeli mesin baru juga dengan Bahasa Inggris. Mereka yang datang di pameran atau diskusi berasal dari Eropa, Cina, Taiwan dan Amerika, jadi komunikasinya adalah wajib dengan Bahasa Inggris. Jadi kemampuan Bahasa Inggris adalah wajib bagi yang mau bekerja di luar negeri”.

expo

4.Kuasai ilmu kefarmasian Anda
Untuk bekerja di luar negeri, Anda harus benar-benar menguasai ilmu kefarmasian Anda terutama bagian Teknologi Farmasi (solid, semisolid, steril) jika Anda ingin bekerja di luar negeri. Ini bukan berarti jika Anda mendapat nilai A, berarti anda menguasai dan tidak memperbarui ilmu Anda. Ingat seorang pharmacist adalah seorang yang long-life learner, jadi belajar dan perbarui terus ilmu Anda.

Anda harus menguasai pemecahan masalah, proses membuat obat, pengetahuan tentang mesin produksi, manajemen farmasi dan GMP (Good Manufacturing Practices) International Standard (mereka menggunakan standar PIC/S (Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme)). Ini websitenya : http://www.picscheme.org/.

Alwi bersyukur karena telah belajar PIC/S secara online atau otodidak, sehingga ketika wawancara kerja bisa menjawab. Alwi mengaku ketika kuliah tidak diberikan tentang PIC/S, tetapi belajar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Hal ini ternyata tidak cukup untuk bersaing di luar negeri. “Saya harap kurikulum baru bisa memasukkan PIC/S sebagai dasar mahasiswa untuk bisa bersaing bekerja di luar negeri nantinya. Pengetahuan tentang mesin pembuat obat juga perlu diberikan lebih banyak kepada mahasiswa sehingga mahasiswa tidak terkejut ketika bekerja nanti”.

Anda harus lulus ujian untuk menjadi pharmacist di Negara Malaysia dan Singapura. Tidak semua lulusan Apoteker di Indonesia boleh ikut ujian sebagai pharmacist di dua negara tersebut. Hanya lulusan S1 dan apoteker dari UGM, UNAIR, UNPAD, ITB dan USU saja yang boleh ikut ujian. Sebelum ikut Anda harus ikut pelatihan minimal satu bulan. Pada waktu itu saya ikut pelatihan di University Sains of Malaysia (USM) Penang. Untuk informasi, banyak dosen di USM ini adalah lulusan UGM.

Materi ujian adalah berkaitan dengan aturan-aturan kefarmasian yang telah ditetapkan di Negara Malaysia dan Singapura. Materi ujian berkisar tentang label obat, pemberian konsultasi, penyimpanan obat, iklan obat, penjualan obat, pencatatan penjualan obat dan produksi obat serta denda jika melanggar. “Saya rasa sangat beruntung menjadi lulusan S1 dan Apoteker di UGM sehingga bisa menjadi pharmacist di Malaysia dan Singapura. Menurut saya semua lulusan UGM akan mudah mendapat kelulusan menjadi pharmacist di Malaysia dan Singapura. Pendidikan pharmacist disini kurikulumnya lebih banyak kepada farmasi klinik dibandingkan farmasi industri. Jadi kesempatan untuk bekerja di industri farmasi di sini sangat besar. Mereka baru memulai kurikulum untuk farmasi industri pada tahun 2013”, papar Alwi.

bersambung…
(wawancara oleh bu Marlyn, ditulis kembali oleh Annisa -red-)

Leave a comment

Your email address will not be published.