MEA 2015 : Persiapan Farmasis Indonesia Go Internasional Part.1


Masih dengan suasana menyongsong Masyarakat Asean Ekonomi (MEA) 2015, kali ini cerita dan beberapa tips bekerja di luar negeri datang dari Alwi Mulyadi. Alwi yang mendapat gelar Apoteker dari Farmasi UGM pada tahun 2002 ini mengawali karirnya di Indonesia, yaitu di PT Novartis Biochemie pada tahun 2004 sebagai pharmaceutical technologist.

Tak bertahan lama, karena di tahun 2005 Alwi bekerja di PT Medifarma Laboratories (sekarang sudah bergabung di Darya Varia group) dan bekerja di bagian produksi kemudian pindah ke bagian Quality Assurance. Pada bulan Juni 2008 bisa dibilang merupakan awal mula karir yang membawanya ke Malaysia karena ia mendapat panggilan wawancara dari agen pencari kerja untuk perusahaan pabrik farmasi di Malaysia. Alwi mulai bekerja di Malaysia sejak bulan Februari 2009 setelah mendapat kelulusan Visa bekerja dari pihak imigrasi Malaysia. Alwi bekerja di Idaman Pharma Manufacturing Sdn Bhd dan bertanggung jawab di bagian produksi Assistant Manager dan pharmacist. Perusahaan ini ada di bagian utara Malaysia yaitu Kedah atau tepatnya Sungai Petani.

Setelah perusahaan ini bergabung dengan salah satu perusahaan lokal terbesar di Malaysia, Pharmaniaga, pada tahun 2013 Alwi dipindahkan ke bagian Teknikal Servis, dimana ia bertanggung jawab untuk kualifikasi mesin, validasi proses dan pembersihan, R & D produk baru dan process improvement.

Dalam kesempatannya berbagi cerita dan pengalamannya ini, Alwi memberikan beberapa petuah kepada para mahasiswa Fakultas Farmasi UGM kaitannya dengan persiapan jika ingin bekerja di rantau ASEAN. Berikut ulasannya:

1.Beradaptasi dengan perubahan makanan
Makanan di Malaysia, atau di Negara lain mestilah sangat berbeda dengan di Indonesia. Perlu beberapa waktu untuk dapat beradaptasi dengan semua makanan setempat agar terbiasa dan bisa jadi enak. “Di Malaysia, masakan kari adalah makanan utama. Bahkan KFC dan Pizza Hut rasanya pun sangat berbeda dengan di Indonesia. Ada seorang Apoteker asal Indonesia pada tahun 2011 mau bekerja di tempat saya, tetapi dikarenakan dia meminta pembantu yang bisa memasak masakan Indonesia, dia tidak jadi diterima. Jadi siapkan kemampuan memasak atau beradaptasilah dengan makanan lokal”, pesan Alwi.

laksa

2.Siapkan diri Anda terhadap perubahan budaya kerja
“Pertama kali saya sampai di bandara Penang, cukup terkejut dengan kedisiplinan mereka. Sangat berbeda dengan bandara kita. Penduduk disini cukup disiplin dengan antrian dibandingkan dengan kita. Jalan-jalan yang besar dan mulus memudahkan dan mencegah macet. Jarang sekali pengendara melanggar lampu merah, meskipun keadaan sekitarnya sepi. Mereka cukup disiplin”. Begitulah pendapat Alwi tentang kedisiplinan warga Malayasia.

Displin dalam bekerja adalah hal mutlak di Malaysia. Jumlah absen akan diperhitungkan dalam penilaian tahunan yang menentukan nilai bonus dan kenaikan gaji. Jika Anda tidak pernah datang lambat, tidak pernah sakit dan tidak pernah absen selama setahun, mereka akan memberikan hadiah. Saat bekerja disana, Alwi yang selama tiga tahun tidak pernah absen, sakit atau datang lambat mendapat penghargaan. Hadiahnya berupa jam tangan, koper dan uang tunai.

peghargaan
Pekerja di Malaysia tidak biasa diperlakukan dengan kasar dan dipecat begitu saja. Pekerja lokal tidak serajin pekerja di Indonesia. Mungkin karena di Malaysia banyak lapangan pekerjaan, sehingga ketika supervisor atau atasan marah berlebihan mereka akan mengundurkan diri dan mudah mendapatkan pekerjaan lain. Kalau supervisor atau atasan main pecat sembarangan, kemungkinan merekalah yang akan masuk penjara dan kena denda yang cukup besar.
Mereka bekerja berdasarkan pekerjaan masing-masing. Jadi jangan harap banyak mendapat bantuan dari rekan kerja Anda, apalagi mereka tahu Anda adalah orang luar. Hasil pekerjaan adalah hal utama disini. Mereka tidak peduli apakah anda bekerja sampai larut malam atau tidak. Siapakan fisik dan kesehatan Anda.

bersambung…
(wawancara oleh bu Marlyn, ditulis kembali oleh Annisa -red-)