Halo, sahabat Farsigama! Jumpa lagi nich di Farsigama Campus Update. Kali ini tim redaksi LPM Farsigama bakal mengulas sedikit tentang dosen cantik kebanggaan Fakultas Farmasi UGM dengan prestasi gemilangnya. Siapa lagi kalau bukan Bu Marlyn Dian Laksitorini, S.Farm., M.Sc., Apt.
Seperti yang kita ketahui, Bu Marlyn saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di University of Manitoba, Canada. Wow, menarik sekali bukan? Kira-kira apa sih ilmu yang didalami Bu Marlyn di Kanada? Kiat-kiat apa ya dari Bu Marlyn supaya bisa kuliah ke luar negeri? Bagaimana pula suka duka kuliah di luar negeri? Mari simak ulasan berikut ini. Check it out!
Dosen berkerudung ini mengutarakan bahwa kecintaan beliau pada Farmasi Fisik (ilmu yang beliau dalami saat ini) dimulai saat beliau menjadi asisten laboratorium Farmasi Fisik UGM dari tahun 2005-2009. Ketertarikan beliau juga didukung bahwasannya Farmasi Fisik merupakan fundamental dari ilmu-ilmu farmasi lain. Selain itu, ada hal yang paling unik terkait kecintaan beliau pada Farmasi Fisik adalah karena mata kuliah ini diajarkan mulai semester I sehingga memungkinkan beliau untuk bisa bertemu dan memotivasi mahasiswa baru di Fakultas Farmasi UGM. “Saya menemukan kecintaan saya memotivasi orang adalah saat saya gabung di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Waktu itu, saya di bagian Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM). Di situ saya senang ketika bisa memotivasi adik tingkat dan mengkader mahasiswa. Kenapa saya suka Farmasi Fisik, salah satu alasannya adalah karena saya bisa bertemu dan memotivasi adik-adik maba calon pharmacist. Bagi saya ini merupakan kepuasan tersendiri”, ujar Bu Marlyn dengan antusias.
Mengenai pendidikan S3 nya, Bu Marlyn yang sedang pulang ke Indonesia untuk mengikuti diklat pra-jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai bukti komitmen dirinya terhadap Indonesia ini mengaku bahwa dalam pendidikan S3 nya, beliau tidak apply beasiswa. Melainkan beliau dibiayai oleh professor di Universitas tempat ia mendalami ilmu saat ini. Tentu saja untuk mendapatkan kepercayaan dari seorang professor di University of Manitoba bukanlah perkara yang mudah. Bu Marlyn bercerita bahwa titik berat dari perjuangannya adalah saat untuk mendapat kepercayaan dari professor tersebut. “Untuk bisa mendapat kepercayaan dari seorang professor di sana, kita harus punya track record yang bagus, antara lain minimal kita punya pengalaman kerja yang diakui secara international dan juga kita direkomendasikan oleh orang yang kenal baik dengan professor tersebut. Track record saya dapatkan ketika saya mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah di The University of Kansas USA”, ujar dosen yang sangat dekat dengan mahasiswa ini.
Menjalani kuliah di luar negeri menjadi tantangan tersendiri bagi Bu Marlyn tiap harinya, “tantangan terberatnya adalah ketika kita harus belajar banyak banget untuk mengejar ketertinggalan kita guna memenuhi persyaratan lulus di sana. Karena misal kita mendapat nilai A di sini, tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk kesulitan di sana, karena di Kanada sendiri punya standar pendidikan yang beda dengan Indonesia”, jelas Bu Marlyn.
Perbedaan cara belajar pun turut beliau rasakan terkait jika di Indonesia mungkin hanya dengan membaca powerpoint dari dosen, tetapi jika di Kanada harus mengembangkan diri dengan rajin membaca textbook, rajin membaca jurnal ilmiah, mengkorelasikan keduanya lalu diaplikasikan di laboratorium. Sehingga saat menghadapi ujian, kita bisa menganalisis sesuatu sesuai dengan yang dosen harapkan.
Bu Marlyn juga mengaku bahwasannya walau beliau di Kanada, beliau sering memonitor mahasiswa farmasi di UGM. Bagi beliau, mahasiswa era sekarang sangat keren. Karena di luar akademiknya, mahasiswa saat ini memiliki berbagai kegiatan seperti aktif di kelompok study, grup olah raga, organisasi, riset dan sebagainya. Harapannya, dengan aktif di berbagai kegiatan, setelah lulus nanti mahasiswa seperti ini bisa menjadi penggerak masyarakat.
“Berprestasi tidak harus kuliah di luar negeri, berprestasi bisa cukup dengan ‘empowering people’. Saat kita bisa mengajak masyarakat untuk maju, itu adalah prestasi berharga bagi saya. Karena masyarakat Indonesia saat ini butuh orang yang peduli, yang bisa jadi penggerak masyarakat dalam artian orang yang bisa membuat masyarakat bisa lebih percaya diri, lebih berguna, syukur bisa membuat masyarakat bisa mendidik orang lain. Bukan sekedar kuliah di luar negeri. Penggerak masyarakat bisa didapatkan dari mahasiswa yang aktif dalam kegiatan dan menyelaraskan dengan akademiknya”, tutur bu Marlyn.
Saat dimintai kesan dan pesan untuk mahasiswa farmasi UGM agar dapat seperti beliau, beliau menanggapinya dengan rendah hati, “kita harus paham dulu akan tujuan hidup kita, yang terpenting segala aktivitas yang kita lakukan harus kita niatkan dulu sebagai bentuk pengabdian kita kepada Tuhan. Serta sebagai bekal kematian kita karena mungkin kita bisa bilang kiamat masih lama, tapi siksa kubur is after we die. Kita tidak pernah tahu kapan kita pulang”.
Wah keren sekali bukan wejangan dari Bu Marlyn ini? Ayo sahabat Farsigama, kita pahami nasehat dari Bu Marlyn bahwasannya prestasi memiliki sudut pandang lain. Tidak harus kuliah di luar negeri, cukup menjadi orang yang bisa menjadi penggerak masyarakat. Tapi akan lebih baik lagi jika kita bisa apply keduanya. Selamat berproses, sahabat Farsigama. Semoga sukses! (Red : Anissa Nugraheni)