Seperti yang kita ketahui, banyak negara, termasuk juga Indonesia memiliki program untuk mengadakan vaksinasi massal kepada seluruh rakyatnya. Program ini rencananya akan mulai dilaksanakan antara bulan November sampai awal tahun 2021 tergantung pada jumlah produksi vaksin yang telah diselesaikan dan siap untuk didistribusikan. Bagi sebagian besar orang tentunya hal ini sangat dinantikan agar penyebaran virus COVID-19 dapat segera dihentikan. Namun, di sisi lain, terdapat kekhawatiran akan adanya penularan massal akibat tidak ditaatinya protokol kesehatan karena anggapan bahwa tubuh akan kebal terhadap virus setelah dilakukan vaksinasi kepada seseorang.
Padahal, menurut salah satu artikel yang dimuat dalam Majalah Farmasetika, imun yang terbentuk akibat vaksinasi hanya akan bertahan selama 5 bulan saja. Hal ini berdasarkan studi terhadap subjek, yakni 30.082 orang positif COVID-19 yang diskrining melalui Sistem Kesehatan Mount Sinai antara bulan Maret hingga bulan Oktober tahun ini. Dalam pelaksanaan uji, peneliti menggunakan tes antibodi dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam tubuh seseorang untuk menghadapi virus COVID-19. Selain mendeteksi keberadaan antibodi dalam tubuh, metode ELISA yang dikembangkan di Mount Sinai Health System, juga dapat mengukur tingkat kekuatan antibodi yang dimiliki oleh seseorang terhadap virus.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa kita tidak akan kebal terhadap virus selamanya karena antibodi yang telah diproduksi dapat menghilang/ melemah setelah jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kita perlu untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker, terutama saat bepergian atau menggunakan fasilitas umum. Selain itu, kita juga perlu melakukan upaya lain, seperti konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, berolahraga secara teratur, lalu jika perlu kita juga dapat mengkonsumsi suplemen kesehatan.
Sebagai penutup, euphoria berlebihan terhadap ditemukannya vaksin untuk menangani virus COVID-19 yang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap penerapan protokol kesehatan sangat tidak dianjurkan karena dapat membuat kita lengah akan adanya kemungkinan penularan virus, sehingga kita tetap perlu menjaga diri kita maupun orang lain melalui pelaksanaan protokol kesehatan serta dibantu oleh dilterapkannya gaya hidup sehat, seperti konsumsi makanan yang sehat, meminum suplemen, dan rutin berolahraga.
Daftar Pustaka
Regular social engagement linked to healthier brain microstructure in older adults [news release]. EurekAlert; October 19, 2020. https://www.eurekalert.org/pub_releases/2020-10/uop-rse101420.php
Anonim, 2020, Sembuh dari COVID-19, Respon Antibodi Bertahan 5 Bulan, diakses pada 13 November 2020 pada https://farmasetika.com/2020/11/11/sembuh-dari-covid-19-respon-antibodi-bertahan-5-bulan/
Red : Rahma Shaleha