Menyongsong Farmasi 4.0 dengan Pendekatan Artificial Intelligence


Revolusi industri 4.0 telah menginvasi hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat dunia sejak peluncurannya pada tahun 2011 silam. Konsep berbasis artificial intelligence (kecerdasan buatan) sebagai aktivator perindustrian mendorong perubahan berbagai negara untuk mempertahankan pilar perekonomian. Desis revolusi industri 4.0 merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemenuhan kebutuhan sehari-hari melalui pengembangan 5 pilar utama yang meliputi industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia yang termasuk bidang kefarmasian (Kemenperin, 2019).

Bidang farmasi menjadi fokus pengembangan negara mengingat tingkat permintaan yang tinggi dari masyarakat terutama sejak maraknya kasus Covid-19. Selaras dengan itu, saat ini telah banyak penelitian dan pengembangan berbasis artificial intelligence (AI) yang dikembangkan. Beberapa produk mutakhir kefarmasian berhasil ditemukan melalui inovasi dan kreatifitas dalam penerapan teknologi, seperti penemuan obat PXT3003 sebagai solusi menangani penyakit neuropati Charcot-Marie-Tooth (CMT) yang merupakan salah satu kelainan langka di dunia. Obat ini ditemukan oleh perusahaan Biofarmasi Prancis Pharnext (Prukop et al., 2019).

Indonesia juga turut berpartisipasi aktif dalam memanfaatkan AI, seperti untuk deteksi dini dan memprediksi wabah, pembuatan robot, produksi CT scan yang berguna untuk mendeteksi pneumonia dalam diri seseorang, dan berbagai kegunaan lainnya untuk mendukung sistem jaminan kesehatan (Insyiroh dan Mubaroq, 2020). Di masa pandemi Covid-19 pergerakan bidang kefarmasian sebagai pilar industri 4.0 Indonesia semakin meningkat. Indonesia bekerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA), berinovasi menciptakan suatu alat deteksi Covid-19 berteknologi laser berbasis AI.

Artificial intelligence menjadi terobosan baru yang berperan penting dalam penemuan dan pengembangan obat. AI diharapkan mampu menjadi alat penemuan obat utama di masa mendatang. Artificial intelligent menawarkan sumber informasi yang lebih cepat dan tepat yang cocok digunakan sebagai solusi permintaan obat yang terus meningkat seiring perkembangan zaman. Terobosan baru ini telah banyak dimanfaatkan perusahaan farmasi dengan bermitra dengan startup dan akademisi artificial intelligence untuk memulai program pengembangan obat, seperti Merck, Celgene, dan GSK bekerja sama dengan platform AI dalam penemuan obat. Hal ini juga dimanfaatkan di luar farmasi yang juga menarik minat untuk berperan aktif dalam pengembangan obat, seperti Google dan Facebook. Metode ini banyak dipilih mengingat efektivitas waktu yang lebih tinggi serta mampu meminimalisasi faktor kesalahan dalam proses produksi (Anonim, 2019).

Berkaca dari keberhasilan beberapa negara dalam penemuan obat berbasis artificial intelligence, bukan tidak mungkin bagi Indonesia untuk mengikuti jejak tersebut sebagai upaya optimalisasi aspek farmasi sebagai pilar perindustrian di era 4.0. Pendekatan teknologi digital kepada mahasiswa farmasi menjadi salah satu fokus penting yang dapat dikembangkan. Kesadaran akan teknologi dapat menjadi pendorong lahirnya inovasi baru karya generasi Z yang diharapkan mampu mendobrak perekonomian Indonesia di mata dunia.

Pendidikan kefarmasian yang melibatkan aspek Internet of Things (IoT) seharusnya menjadi pokok pengembangan secara merata di dalam kegiatan akademik mahasiswa. Artificial intelligence yang merupakan pengembangan basis IoT diharapkan mampu berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan kreativitas mahasiswa yang sulit dicapai dalam pembelajaran secara kovensional terutama dalam kaitannya dengan upaya melahirkan industri farmasi yang lebih baik. Pendekatan ini tidak hanya dilakukan dalam aspek industri tetapi juga dalam hal produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan, digitalisasi pelayanan kefarmasian, serta pengendalian inventori obat nasional dan manajemen produksi obat (Anonim, 2019).

Pendekatan artificial intelligence dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa farmasi diharapkan mampu menjembatani kebutuhan negara yang terus meningkat akan fasilitas kesehatan serta mampu memajukan basis perekonomian negara sehingga dapat meminimalisasi impor produk kesehatan khususnya di bidang farmasi serta meningkatkan ekspor produk dalam negeri. Hal ini tentunya perlu didukung dengan subsidi pemerintah terkait ketersediaan sarana pembelajaran. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan cita-cita negara dalam menciptakan Indonesia yang mandiri di tahun 2045 (Red :Adeline, S.P.).

Daftar Pustaka:

Anonim, 2019, Apoteker Perlu Kreatif Memanfaatkan Teknologi Demi Tercapainya Pembangunan kesehatan, https://farmasi.ugm.ac.id/id/, diakses pada 4 Februari 2021 pukul 09.12 WIB.

Anonim, 2019, Pemanfaatan Teknologi AI untuk Penemuan Obat hingga Eksplorasi Migas berbasis Teknologi, https://www.republika.co.id/berita/pvj9hf17000/pemanfaatan-teknologi-ai-untuk-penemuan-obat-hingga-eksplorasi-migas-berbasis-teknologi, diakses pada 4 Maret 2021 pukul 06.09 WIB.

Kemenperin, 2019, Making Indonesia 4.0, https://kemenperin.go.id/, diakses pada 4 Maret 2021 pukul 04.51 WIB.

Primaturin, A., 2020, Indonesia Gandeng UEA Kembangkan Alat Deteksi Covid-19 Berteknologi Laser dan AI, https://jurnalpresisi.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-15684289/indonesia-gandeng-uea-kembangkan-alat-deteksi-covid-19-berteknologi-laser-dan-ai, diakses pada 4 Maret 2021 pukul 09.37 WIB.

Insyiroh, I.M., dan Mubaroq, S., 2020, Teknologi Kecerdasan Buatan, Big Data Analysis, dan Internet Of Things : Potensi dan Perannya dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia, Jurnal Kependudukan Indonesia, 2902, pp. 109–114.

Prukop, T., et al, 2019, Early short-term PXT3003 combinational therapy delays disease onset in a transgenic rat model of Charcot-Marie-Tooth disease 1A (CMT1A), PLoS ONE, 14(1), pp. 1–15. doi: 10.1371/journal.pone.0209752.

Leave a comment

Your email address will not be published.