Tabukah Memasukkan Lansia ke Panti Wredha?


Rutiah (69 tahun) telah menginjak tahun kelimanya tinggal di Bangsal Mawar di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4, Margaguna, Jakarta. Pengalaman hidup beberapa puluh tahun pada akhirnya membawanya ke panti wredha karena suaminya telah meninggal dan anaknya diasuh orang lain karena kemiskinan. Bangsal Mawar tempatnya berteduh bisa dikatakan cukup padat karena panti berkapasitas 100 orang penghuni itu menjadi tempat tinggal bagi 146 orang lanjut usia sepertinya. Selain Rutiah, ada juga Manisma (72) yang mendaftarkan diri menjadi warga panti wredha. Setelah mengalami kegagalan berumah tangga dan jatuh miskin di hari tua, Manisma memutuskan untuk tinggal di panti wredha karena sering ditipu dalam pekerjaannya dan akhirnya tidak sanggup membayar kontrakan setiap bulan. (Sumber: Kompas, 26 April 2012).

Menurut departemen kesehatan, kelompok lanjut usia adalah masyarakat yang berada pada rentang umur 55—70 tahun dengan penggolongan lebih lanjut menjadi tiga kelompok umur, yaitu lansia dini (55-64 tahun), lansia (65 tahun), dan lansia berisiko tinggi (70 tahun). Jumlah orang-orang lanjut di Indonesia rupanya cukup besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang dikutip dari artikel pada www.komnaslansia.com (2011),  pada tahun 2004, jumlah lansia di Indonesia adalah 16.522.311. Jumlah ini meningkat lagi pada tahun 2006 menjadi 17.478.282, dan pada tahun 2008 jumlahnya bertambah menjadi 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900). Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah orang-orang lanjut usia akan bertambah menjadi sekitar 28 juta jiwa. Dengan jumlah lansia yang besar ini, pemerintah seharusnya berusaha menjamin kesejahteraan mereka.

Jika boleh memilih, sebagian besar lansia di Indonesia mungkin ingin menghabiskan hari tua mereka bersama keluarga, entah suami, anak, atau cucu. Namun, beberapa lansia memang mengalami nasib yang kurang baik, sehingga menjadi telantar di hari tuanya. Panti wredha merupakan suatu sarana yang disediakan pemerintah dan pihak swasta untuk merawat lansia-lansia yang mengalami kesulitan di hari tuanya. Idealnya, sebuah panti wredha harus memiliki kondisi yang bersih, layak huni, jumlah penghuni tidak terlalu padat, ada pelayanan dan pemantauan kesehatan bagi lansia, dan menyediakan kegiatan yang positif bagi lansia supaya tidak merasa bosan di hari tuanya.

Sayangnya, di Indonesia jumlah panti wredha yang mendekati kata ideal masih sedikit ditemukan. Panti wredha  mendapatkan citra miring di masyarakat karena masih banyak panti wredha yang kondisinya memprihatinkan. Tidak heran kalau hingga kini masih banyak masyarakat yang berprasangka buruk terhadap panti wredha. Stigma yang beredar di masyarakat Indonesia membuat panti wredha dianggap sebagai momok bagi para lansia di hari tua. Memasukkan anggota keluarga yang lanjut usia ke panti wredha masih dianggap tabu. Ketabuan ini selain dipicu oleh masih banyaknya panti wredha dengan kondisi memprihatinkan juga disebabkan karena masih banyak orang yang merasa gengsi untuk memasukkan anggota keluarga yang lanjut usia ke panti wredha karena takut dianggap ‘menelantarkan’ lansia oleh lingkungan di sekitarnya.

Apakah kesejahteraan lansia akan terjamin dengan tidak memasukkannya ke panti wredha? Jawaban yang diperoleh bisa ‘iya’ dan bisa ‘tidak’. Jika anggota keluarga yang merawat lansia bisa memberikan perhatian penuh dan jaminan kesehatan dan kesejahteraan, lansia tentu akan bahagia karena selain kesejahteraannya yang terjamin, lansia bisa menghabiskan waktu bersama anak dan cucunya di hari tua. Namun, tidak jarang timbul problema dalam perawatan lansia di rumah. Banyak kalangan usia produktif yang tinggal bersama orang lanjut usia pada akhirnya mengalami kesulitan dalam merawat lansia karena kesibukan pekerjaan, rumah tangga, dan sebagainya. Selain kesehatannya menjadi terbengkalai, lansia bisa merasakan kebosanan. Walaupun tinggal bersama, terkadang beberapa lansia justru menjadi telantar.

Memasukkan lansia ke panti wredha bisa menjadi pilihan bagi anggota keluarga untuk merawat lansia. Sebenarnya, ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan memasukkan lansia ke dalam panti wredha yang layak huni. Pertama, lansia akan memperoleh perawatan kesehatan yang memadai dari pihak panti wredha. Jadwal makan dan, jika perlu, minum obat akan menjadi lebih teratur karena ada pengawas yang memang kompeten di bidangnya. Selain itu, dengan berada di panti wredha, lansia bisa berbaur dengan lansia yang lain untuk melakukan hobi bersama-sama, seperti menonton film, bermain musik, atau berolahraga. Lansia yang bahagia akan menjadi lebih bugar di masa tuanya. Lansia senang, anggota keluarga juga menjadi lebih tenang dan percaya karena kesejahteraan lansia dijamin oleh panti wredha.

Panti wredha yang layak huni bisa menjadi ‘utopia’ bagi lansia yang tinggal di dalamnya. Tentu saja, masyarakat bisa lebih tenang dalam mempercayakan anggota keluarga mereka yang lanjut usia di panti wredha. Namun, kesejahteraan lansia tidak bisa hanya didukung oleh fasilitas panti wredha. Anggota keluarga yang memasukkan lansia ke panti wredha sebaiknya mengunjungi para lansia, setidaknya seminggu sekali setiap akhir pekan untuk bercakap-cakap atau menelepon setiap malam supaya para lansia tidak merasa ‘ditinggalkan’ dan kesepian.  (Red: Mentari W.)

Leave a comment

Your email address will not be published.